Selamat Datang di asagenerasiku.blogspot.com, Penyaji materi Pembelajaran Sekolah Dasar dan sederajat, Semoga Bermanfaat
peluang usaha

Rabu, 18 April 2012

PERJUANGAN FISIK MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA

Kemerdekaan Republik Indonesia diproklamasikan oleh Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta (Bapak Proklamator) pada tanggal 17 Agustus 1945 sebagai pernyataan resmi Bangsa Indonesia yang telah melepaskan diri dari penjajahan Belanda dan Jepang. Tetapi kaum penjajah (Belanda) tidak mengakui kemerdekaan Indonesia, bahkan Belanda berusaha dengan berbagai cara untuk kembali menjajah Indonesia.
Sementara Bangsa Indonesia tetap dengan gigih berusaha mempertahankan kemerdekaan, sehingga terjadilah beberapa pertempuran sebagai wujud perlawanan rakyat untuk mengusir penjajah dari tanah air tercinta ini. Baiklah kami coba mengurai beberapa peristiwa perlawanan rakyat secara fisik terhadap Belanda yang berusaha ingin menjajah Indonesia :


1. Peristiwa 10 Nopember 1945 di Surabaya
Peristiwa 10 Nopember 1945 di Surabaya berawal dari mendaratnya tentara Inggris yang dipimpin oleh  Sir Philip Christison pada tanggal 29 September 1945 di Jakarta dan diboncengi tentara NICA (Netherlands Indies Civil administration) dipimpin  oleh Dr. H.J. Van Mook.
Tanggal 25 Oktober 1945 Brigjen A.W.S. Mallaby memimpin pendaratan Inggris di Surabaya untuk melucuti tentara Jepang dan interniran (tawanan perang). Mallaby telah sepakat dengan wakil pemerintah RI untuk saling menjaga keamanan. Inggris melanggar beberapa kesepakatan yaitu :
a. Pada tanggal 26 Oktober 1945 Inggris mengingkari janjinya dengan menyerbu Penjara Kalisosok Surabaya dibawah pimpinan Kapten Shaw.
b. Pada tanggal 27 Oktober 1945 Inggris menduduki Pangkalan Udara Tanjung Perak, Kantor Pos Besar dan Gedung Bank Internatio.
c. Pada siang harinya tanggal 27 Oktober 1945 pesawat terbang Inggris menyebarkan pamplet yang isinya memerintahkan agar rakyat Surabaya dan Jawa Timur menyerahkan senjata yang di rampas dari tentara Jepang.
Akibat Inggris yang melakukan pelanggaran tersebut maka membangkitkan perlawanan rakyat Surabaya. Maka pertempuranpun tak bisa dihindarai dan berlangsung selama 2 hari (27 - 29 Oktober 1945). Tanggal 30 Oktober disepakati untuk menghentikan pertempuran setelah terjadi pertemuan Presiden Soekarno dan Mallaby. Tetapi pada sore harinya (30 Oktober 1945) terjadi pertempuran di Bank Internatio dan menewaskan Brigjen A.W.S. Mallaby.
Pada tanggal 9 Nopember 1945 Inggris mengeluarkan ultimatum (ancaman) yang isinya memerintahkan kepada seluruh para pemimpin dan pemuda Indonesia agar menyerahkan senjata di tempat-tempat yang telah di tentukan sambil mengangkat tangan, selambat-lambatnya pukul 06.00 tanggal 10 Nopember 1945 dan jika hal itu tidak dilakukan maka Inggris akan menyerang Surabaya dari darat, laut dan udara.
Gubernur Jawa Timur R.M. Suryo dan para tokoh TKR (Tentara Keamanan Rakyat) menolak ancaman Inggris, bahkan melakukan perlawanan. Maka pada tanggal 10 Nopember 1945 meletuslah perlawanan sengit menghadapi tentara gabungan (Inggris, Gurkha dan Belanda).
Dalam pertempuran tersebut Bung Tomo berpidato dengan semangat yang beapi-api dan menyatakan lebih baik mati daripada di jajah.
Untuk mengenang peristiwa tersebut maka setiap tanggal 10 Nopember diperingati sebagai Hari Pahlawan. 


2. Pertempuran Ambarawa
Pertempuran Ambarawa berlangsung dari tanggal 20 Nopember - 15 Desamber 1945 di Ambarawa antara Pasukan TKR dengan tentara Sekutu. Pasukan TKR dipimpin oleh Mayor Soemarto.
Tanggal 26 Nopember 1945 pimpinan TKR dari Purwokerto, Letkol Isdiman gugur dan digantikan oleh Kolonel Soedirman yang kemudian mengambil alih pimpinan pasukan. Dibawah pimpinan Letkol Soedirman TKR berhasil memukul mundur pasukan sekutu dengan melakukan perang gerilya. Sejak saat itulah nama besar Soedirman menjadi terkenal.
Untuk mengenang pertempuran Ambarawa setiap tanggal 15 Desember diperingati sebagai Hari Infantri dan di Ambarawa didirikan monumen yaitu Palagan Ambarawa.


3. Bandung Lautan Api 

Peristiwa Bandung Lautan Api adalah peristiwa kebakaran besar yang terjadi di kota Bandung, provinsi Jawa BaratIndonesia pada 24 Maret 1946. Dalam waktu tujuh jam, sekitar 200.000 penduduk Bandung membakar rumah mereka, meninggalkan kota menuju pegunungan di daerah selatan Bandung. Hal ini dilakukan untuk mencegah tentara Sekutu dan tentara NICA Belanda untuk dapat menggunakan kota Bandung sebagai markas strategis militer dalam Perang Kemerdekaan Indonesia.
Pasukan Inggris bagian dari Brigade MacDonald tiba di Bandung pada tanggal 12 Oktober 1945. Sejak semula hubungan mereka dengan pemerintah RI sudah tegang. Mereka menuntut agar semua senjata api yang ada di tangan penduduk, kecuali TKR dan polisi, diserahkan kepada mereka. Orang-orang Belanda yang baru dibebaskan dari kamp tawanan mulai melakukan tindakan-tindakan yang mulai mengganggu keamanan. Akibatnya, bentrokan bersenjata antara Inggris dan TKR tidak dapat dihindari. Malam tanggal 24 November 1945, TKR dan badan-badan perjuangan melancarkan serangan terhadap kedudukan-kedudukan Inggris di bagian utara, termasuk Hotel Homanndan Hotel Preanger yang mereka gunakan sebagai markas. Tiga hari kemudian, MacDonald menyampaikan ultimatum kepada Gubernur Jawa Barat agar Bandung Utara dikosongkan oleh penduduk Indonesia, termasuk pasukan bersenjata.
Ultimatum Tentara Sekutu agar Tentara Republik Indonesia (TRI, TNI kala itu) meninggalkan kota Bandung mendorong TRI untuk melakukan operasi "bumihangus". Para pejuang pihak Republik Indonesia tidak rela bila Kota Bandung dimanfaatkan oleh pihak Sekutu dan NICA. Keputusan untuk membumihanguskan Bandung diambil melalui musyawarah Madjelis Persatoean Perdjoangan Priangan (MP3) di hadapan semua kekuatan perjuangan pihak Republik Indonesia, pada tanggal 24 Maret 1946. Kolonel Abdoel Haris Nasoetion selaku Komandan Divisi III TRImengumumkan hasil musyawarah tersebut dan memerintahkan evakuasi Kota Bandung. Hari itu juga, rombongan besar penduduk Bandung mengalir panjang meninggalkan kota Bandung dan malam itu pembakaran kota berlangsung.
Bandung sengaja dibakar oleh TRI dan rakyat setempat dengan maksud agar Sekutu tidak dapat menggunakan Bandung sebagai markas strategis militer. Di mana-mana asap hitam mengepul membubung tinggi di udara dan semua listrik mati. Tentara Inggris mulai menyerang sehingga pertempuran sengit terjadi. Pertempuran yang paling besar terjadi di Desa Dayeuhkolot, sebelah selatan Bandung, di mana terdapat gudang amunisi besar milik Tentara Sekutu. Dalam pertempuran ini Muhammad Toha dan Ramdan, dua anggota milisi BRI (Barisan Rakjat Indonesia) terjun dalam misi untuk menghancurkan gudang amunisi tersebut. Muhammad Toha berhasil meledakkan gudang tersebut dengan dinamit. Gudang besar itu meledak dan terbakar bersama kedua milisi tersebut di dalamnya. Staf pemerintahan kota Bandung pada mulanya akan tetap tinggal di dalam kota, tetapi demi keselamatan mereka, maka pada pukul 21.00 itu juga ikut dalam rombongan yang mengevakuasi dari Bandung. Sejak saat itu, kurang lebih pukul 24.00 Bandung Selatan telah kosong dari penduduk dan TRI. Tetapi api masih membubung membakar kota, sehingga Bandung pun menjadi lautan api

4. Pertempuran Medan Area
Pada tanggal 24 Agustus 1945, antara pemerintah Kerajaan Inggris dan Kerajaan Belanda tercapai suatu persetujuan yang terkenal dengan nama civil Affairs Agreement. Dalam persetujuan ini disebutkan bahwa panglima tentara pendudukan Inggris di Indonesia akan memegang kekuasaan atas nama pemerintah Belanda. 

Dalam melaksanakan hal-hal yang berkenaan dengan pemerintah sipil, pelaksanaannya diselenggarakan oleh NICA dibawah tanggungjawab komando Inggris. Kekuasaan itu kelak di kemudian hari akan dikembalikan kepada Belanda. Inggris dan Belanda membangun rencana untuk memasuki berbagai kota strategis di Indonesia yang baru saja merdeka. Salah satu kota yang akan didatangi Inggris dengan “menyelundupkan” NICA Belanda adalah Medan.Sementara di tempat lain pada tanggal 27 Agustus 1945 rakyat Medan baru mendengar berita proklamasi yang dibawa oleh Mr. Teuku Moh Hassan sebagai Gubernur Sumatera. Mengggapi berita proklamasi para pemuda dibawah pimpinan Achmad lahir membentuk barisan Pemuda Indonesia.Pada tanggal 9 Oktober 1945 rencana dalam Civil Affairs Agreement benar-benar dilaksanakan. Tentara Inggris yang diboncengi oleh NICA mendarat di Medan. Mereka dipimpin oleh Brigjen T.E.D Kelly. Awalnya mereka diterima secara baik oleh pemerintah RI di Sumatra Utara sehubungan dengan tugasnya untuk membebaskan tawanan perang (tentara Belanda). Sebuah insiden terjadi di hotel Jalan Bali, Medan pada tanggal 13 Oktober 1945. Saat itu seorang penghuni hotel (pasukan NICA) merampas dan menginjak-injak lencana Merah Putih yang dipakai pemuda Indonesia. Hal ini mengundang kemarahan para pemuda. Akibatnya terjadi perusakan dan penyerangan terhadap hotel yang banyak dihuni pasukan NICA. Pada tanggal 1 Desember 1945, pihak Sekutu memasang papan-papan yang bertuliskan Fixed Boundaries Medan Area di berbagai sudut kota Medan. Sejak saat itulah Medan Area menjadi terkenal. Pasukan Inggris dan NICA mengadakan pembersihan terhadap unsur Republik yang berada di kota Medan.Hal ini jelas menimbulkan reaksi para pemuda dan TKR untuk melawan kekuatan asing yang mencoba berkuasa kembali. Pada tanggal 10 Agustus 1946 di Tebingtinggi diadakan pertemuan antara komandan-komandan pasukan yang berjuang di Medan Area. Pertemuan tersebut memutuskan dibentuknya satu komando yang bernama Komando Resimen Laskar Rakyat Medan Area.Pada tanggal 10 desember 1945, Sekutu dan NICA melancarkan serangan besar-besaran terhadap kota Medan. Serangan ini menimbulkan banyak koraban di kedua belah pihak. Pada bulan April 1946, Sekutu berhasil menduduki kota Medan. Pusat perjuangan rakyat Medan kemudian dipindahkan ke Pemantangsiantar.Untuk melanjutkan perjuangan di Medan maka pada bulan Agustus 1946 dibentuk Komando Resimen Laskar Rakyat Medan Area. Komandan initerus mengadakan serangan terhadap Sekutu diwilayah Medan. Hampir di seluruh wilayah Sumatera terjadi perlawanan rakayat terhadap Jepang, Sekutu, dan Belanda. Pertempuran itu terjadi, antara lian di Pandang, Bukit tinggi dan Aceh.